Sabtu, 29 Mei 2010

PENGALAMAN ROHANI(Spiritual experiences) GERAKAN PANTEKOSTA

PENGALAMAN ROHANI KHAS PANTEKOSTA (TATA CARA IBADAH)

Yang dimaksud dengan Pengalaman Rohani (Spiritual Experience) adalah cara mengekspresikan iman dalam ibadah/penyembahan. Dan ini mempengaruhi tata cara ibadah suatu gerakan.
Berbeda dengan gereja tradisional, tata cara ibadah Pantekosta mencoba untuk kembali kepada cara ibadah gereja mula-mula
Elemen-elemen seperti doa, puji-pujian, penyembahan, kesaksian, kata-kata ajakan/pembangunan iman (exortation), pemberitaan Firman Allah, korban persembahan, pengumuman diakhiri dengan doa penutup dan berkat adalah garis besar tata cara ibadah Pantekosta. Dulunya kalangan Pantekosta pada permulaan gerakan ini sangat anti dengan penggunaan liturgi yang telah tersusun rapi namun kaku. Mereka berbakti dan menyembah Tuhan menurut gerakan Roh Kudus (baca kebangunan rohani di jalan Azusa dan di Wales).
Perlu diperhatikan disini jangan sampai kegerakan rohani (movement) berakhir dengan rutinitas liturgi kosong tanpa urapan RohKudus.
Kebaktian-kebaktian Pantekosta umumnya dibagi menjadi dua bagian besar: Puji-pujian dan pemberitaan Firman Allah. Dalam bagian puji-pujian sidang jemaat diberi kesempatan mengekspresikan isi hati dan kerinduan mereka memuji Tuhan dalam kidung-kidung rohani secara ramai-ramai seraya bertepuk tangan dan memekik "Haleluyah". Adakalanya mereka menyanyi dengan penuh kegirangan dan dalam penyembahan mereka menyanyi dengan syandu, dengan air mats serta bahasa lidah. Mengapa menangis dijumpai dalam kebaktian-kebaktian Pantekosta (baca buku "Air Mata Orang Kristen", karangan: Pdt YMP Batubara). Di dalam hadirat Allah, jika seorang menyadari dirinya sebagai orang berdosa, tidak berlayak mendapat anugerah dan kemuliaan Allah lewat karya-karya Roh Kudus, ia mulai menangis menyesali dosa dan merendahkan diri dihadapan Allah dengan pertobatan sungguh dan berjanji memuliakan kehidupan barn. Allah berdiam pada hati yang hancur. (Batubara, 1972 . 10)
Biasanya pemimpin puji-pujian ditunjuk oleh gembala. Adakalanya tua-tua sidang, adakalanya seorang yang mempunyai karunia musik. Berbeda dengan gerakan Karismatik. Dalam gerakan Karismatik ini pemimpin puji-pujian disertai dengan grup "Singers" lengkap dengan perangkat orkes ataupun band serta sistem "Sound" yang mutakhir (canggih). Hal ini penting untuk menyaingi perkembangan musik sekuler yang merajalela. Sistem penyembahan sempurna ada di Sorga. Sebelum Lucifer jatuh oleh kemabukan ambisi negatifnya. Sistem dunia dengan segala bentuk musik canggih termasuk "Rock and Roll" mau mempesona kaum muda bahkan semua manusia untuk ikut buaian setan bermuara pada kehancuran. Puji-pujian dalam gereja harus dipulihkan. Harus dibangun kembali Pondok Daud yang sudah runtuh. Pondok Daud berisi sistem penyembahan (berbeda dengan Kemah Musa).Pujian dan penyembahan ditekankan pada Pondok Daud ini.
( Conner Kevin, Tabernacle of David, 1975,15)
Pemimpin puji-pujian memberikan kesempatan bagi sidang jemaat untuk memberikan "kesaksian" pengalaman hidup akibat pertolongan Tuhan. Seperti kesembuhan yang ajaib, kesuksesan, pertolongan dan perlindungan dalam perjalanan dan sebagainya. Juga diberikan kesempatan koor-koor jemaat, vocal group, dan pujian khusus. Biasanya kalau ada tamu hamba Tuhan diberikan kesempatan bersaksi atau menyampaikan kata-kata dorongan iman (Eksortasi).
Umat Pantekosta diajarkan untuk menyisihkan sebagian hartanya untuk pekerjaan Tuhan dalam bentuk korban persembahan perpuluhan, kolekte reguler dan korban-korban tantangan, mencontohi cara orang Yahudi Perjanjian Lama yang dikukuhkan juga dalam PB. Mal 3:10, II Kor 9, Galatia 6:6. Bagi kebanyakan gereja Pantekosta, penataan keuangan berpusat pada pengaturan gembala. Ada juga yang telah menyerahkan sepenuhnya. pada Majelis gereja. Kelompok yang telah menggunakan sistem centralisasi keuangan telah memecahkan masalah pemerataan antara desa dan kota, antara tempat yang "basah" dan tempat "minus". Perlu dikaji secara Alkitabiah dan secara ilmiah penataan keuangan gereja supaya unsur keadilan dapat dipertahankan. (Hammon Jeff, persepuluhan 1982)
Pemberitaan Firman Allah sangat vital dalam suatu Kebaktian/Ibadah. Umumnya pengkotbah-pengkotbah Pantekosta sangat bersemangat meskipun tidak pernah menggunakan catatan teks kotbah sebelumnya. Mereka hanya membuat garis-garis besar saja. Urapan Roh Kudus ditekankan sebelum naik ke podium. Berbekal dengan keberanian Roh Kudus pengkotbah mereka menguraikan Firman Tuhan dengan mantap namun kadang-kadang miskin Eksegesis dan penuh dengan Alegorisasi.
Mereka percaya bahwa Roh Kudus akan membimbing setiap kotbahnya. Keyakinan ini timbul sebab mereka telah persiapkan diri, berjam-jam dalam doa. Firman yang disampaikan mereka dikhususkan untuk mengenai hati pendengar ketimbang otak. Tanpa diminta sidang jemaat spontan bersorak "Haleluyah" atau "Amin" bagi bagian-bagian kotbah yang aplikabel. ( RH Hughes Pentecostal Preaching DPCM hal 722)


Sorak (Pekik) Puiian
Mengikuti gerakan yang mendahuluinya yaitu gerakan kesucian, gerakan Pantekosta juga berteriak dan bersorak dengan kata-kata: "Haleluyah", "Puji Tuhan", "Amin", "Glory, Glory, Glory", dan sebagainya.
Hal-hal ini tidak asing lagi dalam kebaktian-kebaktian Pantekosta. Sorakan
atau pekikan ini muncul dari hati yang dipenuhi kesukaan, kerinduan dan
semangat untuk memuji Allah. Tentunya seseorang yang belum biasa
merasa heran menyaksikan kebaktian-kebaktian Pantekosta yang sedikit
berbeda dengan kebaktian Kristen lainnya. Ada yang mengkritik bahwa
kebaktian secara demikian hanyalah luapan emosi yang dangkal, namun
inilah ekspresi orang-orang yang telah dipenuhkan dengan Roh Kudus.
Lidah mereka telah dikontrol oleh Roh, sehingga dapat mengatakan
bahasa-bahasa asing. Mereka terbiasa bersorak kegirangan dengan segala
macam pekik pujian. Ekstasi (kegairahan) yang tak dapat dibendung lagi,
luapannya menghasilkan pekikan dan sorakan tersebut untuk memuji nama Tuhan. (Ralph Mahoney, Gelombang Kebangkitan Rohani,.ACT .1990 ,hal 5)
Penggalian rahasia pujian yang ditempatkan dalam " Pondok Daud" mengungkapkan bahwa sistem penyembahan versi Daud lebih ramai, ribut dan penuh dengan nyanyian pujian, sorakan memuji Tuhan (berbeda dengan penyembahan pada "Kemah Musa"). Orang-orang yang belum mencintai Tuhan sesungguhnya akan terganggu dibuatnya. Kalau kita menonton permainan bola, penonton bersorak kita tidak terganggu, karena kita ada pada suasana tersebut. Namun bila seseorang bersorak memuji Tuhan di gereja dianggap emosional ...? (Iverson, 1997.49)
Mazmur 5:11 Semua yang berharap kepada Allah akan berteriak (bersorak) - Shout For Joy - Bersorak karena sukacita.
Mazmur 32:11 Semua orang yang jujur dan benar bersorak karena sukacita.
Mazmur 35:27, 132:9,16 - Orang yang menyukai kebenaran biarlah bersorak-sorai, karena Allah telah memakaikan jubah keselamatan. Inilah yang menjadi sebab mereka bersorak-sorai.
Orang-orang Pantekosta merasa bahwa merekalah "Orang-orang Sion" dari gereja Tuhan di dunia. Sehingga mereka menganggap penggenapan Yesaya
12:6 adalah untuk mereka: "Berserulah dan bersoraklah hai penduduk Sion, sebab Yang Maha Kudus Allah Israel ada ditengah-tengah".
Sorakan (pekikan) pujian karena sukacita adalah suatu pemulihan Pengalaman Rohani (Spiritual Experience) dari gerakan Pantekosta. Topik khotbahnya kebanyakan berkisar pada topik-topik "Roh Kudus", "Keselamatan", "Kedatangan Tuhan", "Kehidupan Suci", "Penyerahan Total" (Consecration Life), "Penginjilan", dan lain-lain.
Biasanya di setiap akhir khotbah disampaikan suatu "Tantangan" ataupun undangan sesuai dengan tema khotbah. Jemaat-jemaat merasa perlu didoakan diajak untuk tampil ke depan ( altar call) atau cukup mengangkat tangan di tempat. Biasanya hamba hamba Tuhan berdoa dan menumpangkan tangan bagi mereka yang sakit, menerima Yesus sebagai Juruselamat, bimbang, susah, frustasi, gagal, kecewa, mau menerima baptisan Roh Kudus, minta pengarahan hidup, dan lain-lain.
Didoakan secara khusus ataupun berkelompok. Tangan ditumpangkan kepada tiap-tiap orang yang perlu jamahan Tuhan. Terdengar tangisan ratapan, pujian bahkan bahasa roh di sana sini. Itulah khas kebaktian Pantekosta.
Sakramen Baptisan diadakan sesuai dengan permintaan. Dan sakramen perjamuan suci diadakan ada yang sebulan sekali, ada yang lebih sering ataupun lebih jarang, tergantung kebiasaan gereja masing-masing. ( Dick Iverson, Present Days Truth 1979.53)

Bertepuk Tangan
Dalam seluruh kebaktian Pantekosta jika memuji Tuhan selalu disertai dengan "tepuk tangan". Bertepuk tangan adalah sebagai tanda kesukaan umat-umat Tuhan; juga sebagai penghormatan bagi hal-hal baik dan luar biasa yang dikerjakan oleh Allah.
Dengan ramai-ramai menyanyi sambil bertepuk tangan, terwujudlah keserasian dan kekompakan untuk mengundang kuasa Ilahi bekerja di dalam perhimpunan. Kebiasaan bertepuk tangan juga dipakai untuk mendapatkan baptisan Roh Suci pada sebagian umat Pantekosta pada masa-masa lalu. Biasanya orang meng"apllaus" (bertepuk tangan) sambil nonton pertandingan sepak bola menarik atau pertunjukan sirkus. Kepada Allah, kita juga harus berikan tepuk tangan menghormati dan mengagungkan keperkasaanNya.
Pada mulanya, kegerakan Pantekosta banyak menerima fitnahan, olokan dan tantangan karena cara berbaktinya yang ramai dan gaduh semacam ini. Sekarang ini masyarakat telah terbiasa dengan cara-cara yang sedemikian. Referensi Alkitabiah mengenai "Bertepuk tangan" dapat kita baca dalam Mazmur 47:1, 98:8 - "Hai Segala Bangsa, Bertepuk tanganlah, elu¬elukanlah Allah dengan sorak-sorai". Yesaya 55:12: "Gunung-gunung serta bukit-bukit akan bergembira dan bersorak-sorai di depanmu dan segala pohon-pohon akan bertepuk tangan".

Doa dan Puasa
Ibadah Pantekosta tak dapat dipisahkan dengan Doa dan Puasa. Doa tidak terbatas pada jumlah perkataan yang dimohonkan .Doa yang benar melibatkan penyembahan dan persekutuan dengan Allah. Dalam hal ini ditekankan pada pemujaan dengan mengkonsentrasikan diri dalam meditasi kepada Allah. Unsur-unsur pengucapan syukur, pengakuan dosa, doa permohonan ,doa syafaat haruslah ada dalam suatu doa yang sempurna. Maz 45:1-8, I Raja 8:47, Dan 2:17, Kisah 12:5, Kol 4:2.
Doa di kalangan Pantekosta bukan soal dilakukan atau. tidak. Sebab doa adalah nafas bagi orang percaya dan diperintahkan untuk dilaksanakan setiap saat. Lukas 18:1. Kurang berdoa adalah dosa, I Sem 12:23. Umumnya mereka mengadakan doa subuh sekitar jam 4 atau 5 pagi selama paling kurang satu jam. Dan pada hari-hari tertentu diadakan puasa dan doa rantai. Di Korea, Indonesia dan daerah-daerah Oriental lainnya, doa adalah bagian yang sangat penting dalam ibadahnya. Bukit Doa yang terkenal di Seoul, Korea dikunjungi oleh ribuan orang Kristen tiap hari , untuk menyembah Allah. ( H.L Senduk Kuasa Doa 1970, 49 Daud Cho Dimensi keempat 198)
Umat Pantekosta sangat disiplin dalam hal puasa. Ada yang melaksanakan sekali seminggu. Dan pada saat tertentu ada yang puasa 3 hari tanpa makan dan minum. Pelajar-pelajar sekolah Alkitab Pantekosta diwajibkan untuk puasa 3 hari sebelum upacara penempatan/pengutusan untuk mencari kehendak Allah. Setiap kali menjumpai tantangan dalam pekerjaan Tuhan, kebanyakan pemecahan aternatif masalah lari pada kunci Alkitabiah yaitu doa dan puasa. Dalam ibadah puasa ini seseorang dapat meminta kekuatan Ilahi dari Tuhan untuk membebaskan belenggu dan mendapatkan kemenangan langsung dari Tuhan.



Khususnya dalam perintisan sidang-sidang baru, Kebaktian Kebangunan Rohani, Kebaktian Kesembuhan Ilahi, pengambilan keputusan penting selalu disertai dengan doa dan puasa. Juga untuk pengusiran setan. Dasar-dasar Alkitabiah mengenai puasa diambil dari:
Yesaya 58:6,7: Puasa yang dikehendaki Tuhan, membuka belenggu¬belenggu kelaliman, memerdekakan orang teraniaya, melepaskan taliku serta menolong orang kekurangan.
Yoel 2:12-17: Syarat untuk mendapatkan kebangunan rohani serta mendapatkan pemulihan dan berkat rohani.
II Taw. 7:14: Apabila kita merendahkan diri serta berpuasa, Allah akan memulihkan umat Tuhan serta negerinya..
Mat 4:2: Yesus berpuasa sebelum pelayanan.
Matins 17:21: Tantangan yang besar dalam pekerjaan Tuhan.
Kisah 13:2,3: Meminta kehendak Allah dalam pengutusan utusan Injil.
II Kor 6:5: Rasul Paulus berpuasa dalam aksi penginjilannya.
II Kor. 11:27: Paulus jugs pernah berpuasa secara terpaksa karena Injil. (Arthur Wallis 1970, Senduk 1972 )

Berbahasa Roh
Fenomena khusus inilah yang membedakan ibadah-ibadah Pantekosta dengan ibadah Kristen lainnya.
Berbahasa lidah bagi umat-umat Pantekosta bertujuan:

- Membangunkan iman Kristen dan memberikan semangat (Edifies, Encourages, Builds Up). Ibaratnya seperti penyetruman aliran listrik pada aki. I Kor 14:2.
- Memberikan, Melahirkan Kuasa dalam kehidupan Kristen. Ibaratnya seperti mesin pembangkit tenaga listrik air. Penyediaan air dalam bendungan adalah lambang kehidupan manusia yang dipenuhkan dengan Roh Kudus; perputaran turbin sewaktu air mengalir melambangkan orang-orang percaya berbahasa lidah. Turbin tersebut akan memutarkan satu dinamo yang akan memproduksi listrik. Berbahasa roh membangkitkan kuasa Allah dalam kehidupan manusia. "Kamu akan beroleh kuasa(dunamis) kelak apabila Roh Kudus turun ke atas kamu". Kisah 1:8, Yoh 7:38,39.
- Dapat digunakan dalam doa dan pujian orang percaya setiap hari. ( Som Bethany Holy Spirit, 1990)

Memakai Instrumen Musik
Sebelum gerakan Pantekosta memang gereja-gereja sudah memakai alat musik namun terbatas pada penggunaan piano atau organ. Kebaktian-kebaktian di jaman kegelapan kebaktian seperti penguburan dan bukan kesukaan seperti dalam pesta

William Booth dengan Bala Keselamatan (Salvation Army) nya memperkenalkan alat-alat musik seperti: Drum, Terompet dan alat-alat lainnya dipakai dalam Penginjilan.
Orang-orang Pantekosta memakai Mazmur 150 sebagai dasar Alkitabiah untuk penggunaan musik dalam kebaktian:
"Pujilah Dia dengan tiupan Terompet, Pujilah Dia dengan Gambus dan Kecapi, Pujilah Dia dengan Rebana dan Tari-tarian, Pujilah Dia dengan permainan Kecapi dan Seruling, Pujilah Dia dengan Ceracap yang berdenting. Biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan. Haleluyah.
Mazmur 33:3 - Daud mengajarkan dalam penyembahan lewat musik harus dilakukan oleh orang-orang yang profesional dan penuh urapan. Dalam kitab Wahyu diungkapkan bahwa Allah senang dengan pujian yang ribut dan ramai-ramai seperti bunyi air banyak. Wahyu 5:12,7,10. Dan is mau memulihkan pujian dan penyembahan dalam Gereja Tuhan. Ezra 3:13, Kisah 15:16 Mazmur 98:4, ( Lamar Boscman, Rebirth of Music, 1996.23)

Menari Dalam Roh (Dancing In Spirit)
Gerakan Pantekosta menekankan perintah Kristus: "Hendaklah Engkau mengasihi Allah Tuhanmu dengan sebulat-bulat hati, segenap jiwa, sepenuh akal budi dan seluruh kekuatan. Markus 12:30. Kadang-kadang bila umat Pantekosta sudah mulai memuji Tuhan dengan sepenuh hati dan pikiran kepada Tuhan, jiwanya (emosi). Lalu bersuka cita dan mereka mulai "menari" di hadapan Tuhan dengan segenap kuat mereka. Tarian ini dilakukan dengan mats tertutup dan di bawah kontrol dari Roh Kudus. Menari dalam Roh dipraktekkan oleh seluruh umat Pantekosta di dunia, terutama gereja gereja Pantekosta Negro. (Hamon 1988,260 Burgess ,DPCM ,807.1)
Banyak orang mengkritik praktek menari dalam gereja, padahal lebih banyak referensi Alkitabiah dalam hal menari dibanding dengan praktek -praktek "Berlutut" atau "Berdiri". Berlutut hanya sekali saja disebutkan dalam kitab Mazmur, berdiri disebutkan dua kali, sedangkan "Menari" disebutkan tiga kali. Orang berpikir dan mengasosiasikan tarian dengan sifat-sifat keduniawian (dansa, disko, dan lain-lain). Namun Alkitab mengajarkan kita untuk memuji dengan tarian.
Mazmur 150:4: Pujilah Dia dengan rebana dan Tari-tarian
Mazmur 149:3: Biarlah mereka memuji-muji namaNya dengan tari-tarian ( Dick Iverson 1979, 83)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar